Alergi Makanan: Peran Penting Kulit yang Perlu Anda Ketahui

Alergi Makanan: Peran Penting Kulit yang Perlu Anda Ketahui

Alergi Makanan

Kegiatan alergi makanan meningkat secara global, dari ketidaknyamanan ringan hingga kematian mendadak, bahkan berpotensi menyebabkan epidemi alergi. Reaksi alergi paling serius - syok anafilaksis - bisa terjadi berulang kali atau tiba-tiba tanpa peringatan. Penyebab meningkatnya alergi makanan sangat kompleks, tetapi sekarang disadari bahwa kulit memainkan peran penting sebagai penjaga pintu masuk sistem kekebalan tubuh manusia.

Kulit manusia adalah penghalang yang memiliki sifat perlindungan. Sebagai lapisan penutup dinamis, kulit memastikan cairan penting (termasuk air, protein, dan mineral) tetap di dalam, sementara zat berbahaya tetap di luar. Penghalang kulit ini bersifat struktural - seperti dinding bata - tetapi juga hidup dan responsif, terus-menerus mendeteksi dan merespons lingkungan eksternal. Penghalang ini terdiri dari beberapa lapisan sel manusia yang saling terhubung, serta banyak mikroba yang hidup di permukaan kulit yang sehat.

Kulit membentuk permukaan luar tubuh yang tak terbatas dan terhubung secara tak terbatas dengan lapisan mulut dan usus. Biasanya, sel-sel manusia terpapar makanan melalui mulut, tetapi tubuh juga dapat terpapar makanan melalui permukaan kulit.

Sistem kekebalan tubuh adalah kelompok sel dan jaringan yang bekerja sama untuk melindungi tubuh dari serangan virus, bakteri, dan zat berbahaya potensial. Ketika makanan pertama kali masuk melalui kulit daripada ditelan, responsnya mungkin sangat berbeda. Ini karena kulit yang "bocor" dapat membingungkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali zat yang tidak berbahaya.

Telah terbukti bahwa paparan makanan seperti telur atau kacang melalui kontak kulit pada tikus dapat menyebabkan mereka mengalami reaksi alergi atau syok anafilaksis ketika makanan tersebut dimakan. Alergi makanan pada manusia mungkin berkembang dengan cara yang sama.

Ketika makanan dicerna, kita biasanya mengembangkan toleransi, yang berarti tidak ada respons kekebalan yang terjadi. Tetapi ketika kulit menjadi bocor karena kesalahan genetik atau kondisi seperti eksim, alergen makanan dapat masuk. Ini merangsang sel-sel kekebalan di kulit, yang melepaskan sinyal kimia serangan. Kemudian, ketika tubuh kembali terpapar makanan tertentu, sel-sel sudah siap untuk menghasilkan respons alergi.

Kehadiran "bocor" pada kulit bayi segera setelah lahir (diukur dari berapa banyak air yang menghilang dari permukaan) dapat memprediksi risiko mereka terhadap alergi makanan pada usia dua tahun. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penderita alergi makanan memiliki bukti molekuler yang menunjukkan kulit mereka memiliki "bocor" dan siap untuk merespons, bahkan jika terlihat normal.

Tangan Gatal

Dalam situasi darurat yang melibatkan alergi makanan, kita biasanya menggunakan obat-obatan untuk melawan reaksi alergi yang paling berbahaya: hipotensi dan penyumbatan saluran napas. Adrenalin (melalui injektor otomatis "pen") dapat menyempitkan pembuluh darah untuk menjaga tekanan darah, sementara bronkodilator dapat membuka saluran napas.

Terapi steroid dapat mengurangi risiko respons kekebalan yang berlebihan. Oleh karena itu, kortikosteroid juga digunakan untuk membatasi produksi sinyal peradangan di seluruh tubuh dan darah.

Orang tua dan pengasuh sering bertanya-tanya apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu mencegah perkembangan alergi makanan, terutama jika ada riwayat alergi dalam keluarga. Penelitian EAT (Studi Tentang Toleransi) menunjukkan bahwa memperkenalkan kacang dan telur ke dalam diet bayi pada usia tiga bulan dapat mengurangi kemungkinan berkembangnya alergi terhadap makanan tersebut. Untuk makanan umum lainnya seperti susu, ikan, gandum, dan wijen, efek perlindungannya masih belum jelas. Hal ini mungkin karena jumlah makanan ini yang dikonsumsi masih sedikit.

Penelitian lain yang sedang berlangsung bertujuan untuk menentukan apakah penggunaan pelembap (disebut emolien) pada bayi dapat meningkatkan penghalang kulit untuk membantu mencegah eksim dan alergi makanan. Hasilnya masih menunggu, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah dan bagaimana alergi makanan dapat dicegah.

Sementara itu, panduan pemerintah Inggris terus menyarankan agar bayi disusui sepenuhnya hingga usia enam bulan. Meskipun tidak jelas apakah menyusui dapat melindungi dari dampak alergi makanan, tampaknya menyusui memiliki banyak manfaat kesehatan bagi bayi dan ibu.

Beberapa orang bisa sembuh dari alergi makanan mereka, tetapi bagi orang lain, alergi akan terus menjadi beban seumur hidup. Mereka harus menghindari bahan makanan yang memicu alergi. Upaya untuk mencegah paparan tidak sengaja mungkin gagal, seperti yang dialami oleh remaja Natasha Ednan-Laperouse yang menderita alergi biji wijen dan meninggal karena serangan jantung setelah tidak mengetahui roti baguette yang dia makan mengandung biji wijen.

Meskipun paparan tidak sengaja bisa sangat berbahaya, terapi imun - menerapkan bahan makanan target secara eksplisit pada permukaan kulit yang sehat - saat ini sedang diuji klinis untuk mengobati alergi kacang dan susu.

Pemahaman lebih dalam tentang penyebab alergi akan memberikan peluang untuk mengembangkan metode pengobatan baru. Kulit kita sendiri juga dapat menyediakan jalur untuk pencegahan dan pengobatan respons yang mengancam jiwa.

Read More